Terpecah dalam gelap
Dari beberapa perilaku yang menjijikan, tujuan bukan
lagi menjadi sebuah harapan.
Terdiam dalam kebingungan-kebingungan kahidupak
Sempit
dan semakin sesak.
Diatas pemimpin-pemimpin
yang bertahta
Terikat
dan sulit tak lepas, dari bayngan-bayangan politik kejahatan.
Rindunya akan dunia hijau seperti burung yang ingin
lepas dengan sayap
Semakin rindu semakin takut
Semakin ku membuka mata untuk berfikir
Namun semakin terhimpit perasaan untuk
berharap
Lepaskanlah beban wahai
dunia,
agar aku terbebas dengan
beban sang dewa-dewa bertahta
Sebuah kaya sastra dari sang pemuda :
Brama kumbara
Terangnya
malam yang berbintang
Sayap – sayap relung jiwaku seakan menahan kenangan
Ku balut dia dari terangnya malam yang berbintang.
Wahai
lava…
Mengalun
indah air mataku berderai
Hanyut
kedalam tenangnya jiwaku
Puteri malu berkata tegas menghujani kesal ku
Dulu tak lagi sekarang
Kubakar jauh hayalan ku.
Sebuah kaya sastra dari sang pemuda :
Kakanda wawa
Tetesan
embun membias jernih dijiwa, dijiwa ini yang seakan melambung tinggi.
Keheningan hati seolah pudar tanpa kata
Membawa jauh kebencian yang terus meracuni
Biar sinar bulan tak
kunjung ada malam ini
Biar saja sesosok
bintang tak tersenyum indah dilangit yang jauh
Hanya pikiranku, hanya bayang-bayangan
indah yang tertera rapi
dalam gelap, sunyi sepi walau kian terus
melanda
Takan pernah kubiarkan ini menjauh
takan sedikitpun dari angan-angan ku
biar ini terus merayu
Dalam hati kecilku yang seakan besar kala setiap keindahan
dunuaku
Sebuah kaya sastra dari sang pemuda :
Abas syahputra